Masyarakat Desa Munggut Adakan Nyadran
NGAWI, SADAP99.ID
Nyadran sebenarnya mempunyai arti bersih-bersih. Ada beberapa tradisi nyadran yang ada di Indonesia khususnya daerah Jawa. Nyadran desa misalnya, seluruh warga desa bergotong royong membersihkan desa, baik jalanan maupun fasilitas umum yang ada di desa tersebut. Ada pula nyadran laut yang dilaksanakan oleh warga pesisir pantai dll.
di tahun ini tepat setelah HUT RI-79 ini di desa munggut nyadran kuburan dilanjut di punden atau sendang desa. Tradisi setahun sekali ini tentunya membuat banyak warga menyempatkan dan mempersiapkan dengan antusias. Terbukti warga yang sudah lama merantau pun, akan pulang kampung demi turut serta acara nyadran ini.
Adapun prosesi nyadran kuburan akan dimulai dengan membersihkan makam oleh para ahli waris dari jenasah yang dimakamkan di pemakaman itu. Setelah usai membersihkan makam, mereka akan berkumpul di salah satu mushola/masjid terdekat atau di sekitar makam lalu melaksanakan doa bersama atau tepatnya mengirim doa bagi para leluhur/ saudara mereka yang telah meninggal dunia.
Dan dilanjutkan dengan makan bersama tumpeng ataupun aneka makanan khas daerah masing-masing yang disediakan warga, Biasanya nasi kuning.
sekdes munggut, mustahiq S.Adm, mengatakan Di beberapa tempat, tradisi nyadran dilaksanakan secara besar-besaran, dengan mengarak tumpeng, pawai keliling dan bahkan ada yang diselipkan kesenian lokal.
Namun di desa munggut ini sangat sederhana yang terpenting kerukunan antar warga desa munggut terjaga dan wujud syukur, kepada sang pencipta atas semua karuniannya dan bersedekah mendoakan para leluhur yang babat alas munggut ini”.
Tradisi nyadran ini sebenarnya warisan kearifan lokal dari para leluhur dan sudah menjadi budaya bagi daerah yang masih memegang teguh tradisi ini. Tentunya kita sebagai generasi muda bisa mempertahankan kelestraian suatu warisan budaya dan memeliharanya dengan baik.
Namun sebaiknya juga para generasi muda juga diberi pengertian maksud dan tujuan dari nyadran ini hingga mereka mampu memahami bahwa tradisi ini layak dipertahankan sebagai pelestarian budaya sekaligus ajang bersilaturrahim dengan warga sekitar. Dan tidak sekedar hanya ikut-ikutan melaksanakan sebuah tradisi budaya”.pungkas sekdes munggut.
(ar/adv)