Beranda » Muncul Relawan Bumbung Kosong Di Pilkada Trenggalek, Skenario Politik?

Muncul Relawan Bumbung Kosong Di Pilkada Trenggalek, Skenario Politik?

Bagikan Berita

TRENGGALEK, SADAP99.ID

Masa perpanjangan pendaftaran calon kepala daerah dalam Pilkada 2024 (yang hanya ada calon tunggal) telah berakhir tanggal 4 September 2024 lalu. Pun begitu, ternyata masih menyisakan 41 daerah dengan hanya satu kontestan.

Diantaranya Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur, yakni pasangan petahana Mochamad Nur Arifin dan Syah Muhammad Natanegara.

Dipastikan, satu pasangan kandidat dimaksud akan bertaruh dan bersaing melawan kotak kosong. Walau begitu, tidak serta merta kemenangan bisa mudah diraih. Sebab, aturan mainnya bahwa pemenang harus mendapatkan perolehan diatas 50 persen suara sah.

Apalagi, sudah ada dinamika di tengah masyarakat yang mengatasnamakan gerakan memenangkan kotak kosong.

Melihat hal itu, sejumlah pihak secara opini mulai tergiring sehingga mengarah akan adanya suasana berbeda dalam kontestasi nanti. Bahwa petahana tidak mudah untuk menang dan tetap harus bertarung melawan kotak kosong (relawan pendukungnya).

Namun, ternyata ada pendapat berbeda muncul dari salah satu pemerhati politik Jawa Timur, Zainal Abidin yang juga Sekretaris Jenderal (Sekjen) LSM WAR, Zainal Abidin berpandangan bahwa relawan tersebut (penggerak pemenangan bumbung kosong atau kotak kosong) di mungkinkan adalah bagian dari skenario politik juga.

“Karena ada ketakutan bisa kalah dengan kotak kosong, skenario itu bisa saja di munculkan,” sebut Zainal, Rabu 11 September 2024.

Menurut dia, dalam kontestasi politik tidak ada yang bisa menjamin kandidat tertentu memenangi hati mayoritas pemilih. Meskipun petahana, selalu saja berpotensi untuk dikalahkan.

Apalagi, khususnya di Trenggalek pada level akar rumput banyak pula yang kurang puas dengan kinerja pasangan Ipin-Syah.

“Dari komunikasi dengan warga diberapa tempat, ternyata banyak juga yang kurang puas dengan kinerja Ipin-Syah selama ini,”imbuhnya.

Sehingga, masih kata Zainal, demi mengantisipasi segala kemungkinan maka disusunlah rencana serta pola-pola agar pilkada Trenggalek terlihat ada ‘greget’nya. Pihak tertentu di gandeng kemudian di ‘suruh’ seolah-olah menjadi lawan petahana.

“Padahal, nantinya para relawan tersebut mungkin sekali malah mendukung petahana. Siapa yang tau isi hati dan komunikasi personal mereka?,” sambung Zainal.

Apalagi terlihat jelas, dirinya menambahkan, para ‘leader’ relawan merupakan tokoh-tokoh Trenggalek yang sudah terbiasa duduk satu meja dengan petahana.

Dipermukaan terlihat sebagai oposan tapi di balik layar adalah kawan seperjuangan. Dalam politik, tidak ada kawan dan musuh abadi semua akan bermuara pada konflik kepentingan.

“Kita lihat bersama saja bagaimana konstelasi politik di Trenggalek kedepan, analisa saya terbukti atau tidak. Ingat, dalam politik itu tidak ada teman sejati ataupun musuh abadi. Semua sangat mudah berubah, tergantung kepentingan masing-masing,” pungkas wartawan senior tersebut.

(her)