Indonesia Berpotensi Pecah Menjadi Beberapa Negara, Kata Prof. Djagal W. Marseno
YOGYAKARTA – SADAP99.ID
Indonesia berpotensi pecah menjadi beberapa negara, menurut Profesor Dr. Ir. Djagal Wiseso Marseno, M.Agr. Hal ini disampaikan dalam Kegiatan Sosialisasi Budaya Baca dan Literasi, Kuliah Keistimewaan Yogyakarta tahap ke-3, yang diadakan di Auditorium Kemarijani Soenjoto, Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, pada Kamis (28/11/2024).
Narasumber:
- RB. Dwi Wahyu, S.Pd., M.Si (Anggota DPRD DIY, Komisi D)
- Dr. Haryadi Baskoro, M.Hum (Penulis)
- Prof. Dr. Ir. Djagal Wiseso Marseno, M.Agr (Guru Besar Fakultas Teknologi Pertanian UGM dan Ketua Forhanas)
- Moderator: Dr. Sri Ratna Sakti Mulya, M.Hum (Kepala Pusat Studi Kebudayaan UGM)
Acara ini dihadiri oleh Kepala Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah DIY, Wakil Dekan Fakultas Teknologi Pertanian UGM, Staf Ahli Gubernur DIY, para guru besar, staf dan akademisi UGM, Tazbir Abdullah (mantan Kepala Badan Pariwisata DIY dan Staf Ahli Menteri Parekraf RI), serta perwakilan anggota DPD IWO Indonesia Sleman.
Dalam sambutannya, Kepala Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah DIY menuturkan bahwa posisi kampus sebagai tempat yang strategis, di mana banyak mahasiswa atau generasi muda, termasuk dari luar DIY dan seluruh Indonesia, menyelesaikan studi lanjut di Yogyakarta. Hal ini merupakan momentum yang sangat menarik untuk melakukan bedah buku tentang Keistimewaan Yogyakarta.
Haryadi Baskoro, penulis buku “Kuliah Keistimewaan Yogya”, dalam pemaparannya menyampaikan bahwa Kuliah Keistimewaan Yogya dimaksudkan untuk memantik kegiatan belajar-mengajar tentang Keistimewaan DIY di kampus dan mendorong para akademisi berkolaborasi untuk menciptakan bahan ajar yang holistik. Harapannya, setelah mengikuti Kuliah Keistimewaan Yogya, mahasiswa mampu memahami sejarah dan konsep Keistimewaan DIY, serta mempraktikkan nilai-nilai Keistimewaan DIY dan aktif berpartisipasi dalam pembangunan di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Prof. Dr. Ir. Djagal Marseno Wiseso, M.Agr., dalam makalah berjudul “Keistimewaan dan Ketahanan Nasional Negara Kesatuan Republik Indonesia” mengatakan bahwa menurut analisis para pakar internasional, Indonesia berpotensi pecah menjadi delapan negara. Sejak tahun 2005, indeks kerapuhan Indonesia sebagai negara berada pada posisi 80 dari 179 negara, atau berada pada posisi warna kuning (warning). Apabila tidak ada perbaikan, akan cenderung menjadi merah dan berakibat terjadi perang saudara berkepanjangan serta berpotensi pecah menjadi beberapa negara. Maka diperlukan perubahan cara pandang kolektif yang sama agar Indonesia menjadi negara yang maju dan kuat dalam mewujudkan cita-cita nasional menjadi negara yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur.
Lebih lanjut, Prof. Dr. Ir. Djagal, mantan Deputi Pengkajian Strategis Lemhanas RI, menuturkan bahwa indeks ketahanan nasional Indonesia masih kurang tangguh. Gatra ideologi Indonesia kurang tangguh, Pancasila masih dipersoalkan dan sering dibenturkan dengan agama. Gatra sosial budaya Indonesia juga kurang tangguh, sering terjadi intoleransi dan korupsi.
Kondisi wawasan keistimewaan yang diharapkan adalah warga Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki konsistensi dan keteguhan dalam menjunjung tinggi nilai-nilai keistimewaan dan prinsip sebagai warga DIY dan NKRI. Memiliki pola pikir, pola sikap, dan pola tindak berdasarkan nilai-nilai keistimewaan DIY dan NKRI. Bila dilakukan, gerakan disintegrasi bangsa akan menurun, intoleransi melemah, benturan agama dan Pancasila akan menurun, kerapuhan negara menjadi warna hijau, ketahanan ideologi akan berwarna hijau, dan ketahanan sosial budaya akan menjadi warna hijau.
Diperlukan upaya Keraton dan Kadipaten Pakualaman bersama stakeholder terkait untuk melakukan penguatan intelijen, regulasi dan kebijakan, kelembagaan, metode penyampaian konten, sanksi, anggaran, dan infrastruktur.
(Ome)