Beranda » Tazbir Abdullah: Puisi Sebagai Refleksi untuk Membangun Kesadaran Kolektif

Tazbir Abdullah: Puisi Sebagai Refleksi untuk Membangun Kesadaran Kolektif

Tazbir Abdullah: Puisi Sebagai Refleksi untuk Membangun Kesadaran Kolektif
Bagikan Berita

Yogyakarta – Sadap99.Id

Tazbir Abdullah, seorang penulis puisi dan mantan wartawan dengan latar belakang hukum tata negara, kembali menetap di Yogyakarta setelah menyelesaikan tugas kedinasan. Kariernya meliputi jabatan sebagai Kepala Dinas Pariwisata DIY hingga tugas di Kementerian Pariwisata Republik Indonesia. Kini, ia aktif dalam berbagai kegiatan, termasuk menjadikan sastra sebagai sarana refleksi sosial.

Salah satu karya puisinya dipersembahkan dalam acara buka puasa bersama perwakilan DPD Ikatan Wartawan Online Indonesia Kabupaten Sleman di Narasa Restoran, Jalan Arimbi No. 399 B, Plumbon, Banguntapan, Bantul, Yogyakarta, pada Rabu (19/3/2025).

Dalam kesempatan tersebut, Tazbir Abdullah berbagi pengalaman kedinasan dan ide-ide kreatifnya. Ia banyak menulis puisi yang menyoroti isu-isu seperti demokrasi, hak asasi manusia, dan tata kelola pemerintahan yang bebas dari korupsi.

Tazbir mengungkapkan bahwa karya pertamanya, sebuah puisi berjudul Aku Terlanjur, membuka jalan bagi lahirnya sejumlah puisi lainnya. Beberapa karyanya mendapat perhatian kalangan akademisi, termasuk seorang profesor yang memintanya mempublikasikan puisi tersebut di sebuah situs web. Selama pandemi, ia juga diminta oleh seorang teman penyair untuk membacakan puisi, yang memotivasi dirinya menulis lebih aktif serta tampil di berbagai kesempatan.

Kini, karya-karyanya kerap mewarnai berbagai acara seremonial dan parade budaya, termasuk pembukaan pameran seni dan bunga. Salah satu puisi terbarunya berjudul Negara dan Puasa.

Tazbir menjelaskan bahwa tema korupsi diangkat dalam konteks bulan suci Ramadan karena korupsi berakar pada ketidakmampuan menahan diri. Hal ini bertentangan dengan nilai-nilai puasa yang mengajarkan pengendalian diri dan ketakwaan. Berikut adalah kutipan dari puisi Negara dan Puasa:

*”Indonesia negara besar, besar pula masalahnya, Rakyat sedang gusar, korupsi di mana-mana.

Kini Ramadan pun tiba, bulan kita berpuasa, Semua berlomba-lomba memenuhi perintah Yang Maha Kuasa.

Mohon selamatkan negeri ini dari aib besar bernama korupsi. Semoga melewati bulan suci, aib ini mampu kami kurangi. Ramadan adalah jembatan yang akan melahirkan pribadi-pribadi yang fitri.”*

Dalam beberapa waktu terakhir, Tazbir juga aktif tampil di berbagai forum. Ia baru saja membacakan puisinya pada pameran anggrek dan dijadwalkan akan kembali tampil dalam pameran di Jalan Wonosari pada April 2025.

Menurut Tazbir, puisi bukan hanya karya sastra, tetapi juga panggilan moral untuk membangun kesadaran kolektif. “Bulan puasa adalah waktu yang tepat untuk introspeksi dan memperkuat komitmen melawan korupsi,” jelasnya. Melalui karya-karyanya, ia berharap dapat menginspirasi lebih banyak orang untuk berani bersuara dan berkontribusi bagi perubahan yang lebih baik.

(Ome)