Pariwisata dan Transformasi Berkelanjutan

Yogyakarta – sadap99.id
Sekretaris Umum DPD Putri DIY sekaligus pengelola Taman Pintar, Agus Budi Rahman, menekankan bahwa pariwisata di Daerah Istimewa Yogyakarta harus menjadi pendorong utama dalam pembangunan berkelanjutan. Menurutnya, pariwisata tidak boleh hanya berorientasi pada ekonomi, tetapi juga harus membawa dampak sosial dan lingkungan yang positif.
“Pariwisata harus menjadi lokomotif perubahan. Tidak cukup hanya menarik wisatawan dan menghasilkan uang, tapi juga harus memberikan manfaat bagi lingkungan, masyarakat, dan menciptakan kedamaian,” ujar Agus Budi Rahman saat ditemui di Taman Pintar Yogyakarta, Minggu (11/5/2025).
Momentum Global untuk Pariwisata Berkelanjutan
Lebih lanjut, Agus menekankan pentingnya momen global pada 27 Oktober 2025, yang mengangkat tema “Yogyakarta Tourism and Sustainable Transformation” sebagai titik awal untuk menyusun program-program pariwisata yang ramah lingkungan dan berpihak pada masyarakat.
Empat Pilar Pariwisata Berkelanjutan
Agus menjelaskan bahwa pembangunan pariwisata yang berkelanjutan harus berpijak pada empat pilar utama:
- People (masyarakat) – Masyarakat harus menjadi pelaku utama, bukan sekadar penonton. “Pariwisata yang baik harus membangun interaksi yang hangat dan manusiawi, bukan hanya soal jual beli atau transaksi,” jelasnya.
- Planet (lingkungan) – Isu lingkungan seperti sampah, krisis air bersih, dan perubahan iklim harus menjadi perhatian utama. “Kita tidak bisa lagi menutup mata. Semua program pariwisata harus punya kepedulian terhadap bumi yang kita tinggali,” katanya.
- Prosperity (kemakmuran) – Pariwisata harus menghasilkan kesejahteraan yang merata, bukan hanya mengejar profit semata. “Sudah saatnya kita tinggalkan pola lama. Kita perlu membangun pariwisata yang membawa manfaat nyata, terutama bagi masyarakat kecil,” ujar Agus.
- Peace (perdamaian) – Jika masyarakat sejahtera dan lingkungan terjaga, maka pariwisata akan membantu menciptakan kedamaian. Ia mengajak semua pihak, termasuk masyarakat akar rumput, untuk aktif terlibat dalam membangun ekosistem pariwisata yang inklusif.
Langkah Nyata dan Tantangan
Agus mengakui bahwa membangun pariwisata berkelanjutan bukan perkara mudah. Tantangan terbesar adalah membentuk kesadaran kolektif di masyarakat. Oleh karena itu, ia mengajak pemerintah dan pemangku kepentingan untuk menyisipkan semangat transformasi keberlanjutan dalam setiap program dan pelatihan.
“Transformasi berarti berpindah dari cara pikir lama ke cara baru. Semua kegiatan, baik ekonomi, sosial, maupun budaya harus membawa nilai keberlanjutan,” tegasnya.
Wellness Tourism dan UMKM Jadi Andalan
Agus juga menekankan pentingnya sinergi antara ekonomi kreatif, UMKM, dan sektor pariwisata. Ia mencontohkan konsep wellness tourism, yang menggabungkan kesehatan, ketenangan, dan pelestarian alam sebagai arah baru wisata masa depan.
“UMKM, petani lokal, dan pelaku kreatif harus menjadi bagian dari ekosistem pariwisata. Semua aktivitas masyarakat bisa memiliki nilai wisata, asal dikemas dengan semangat keberlanjutan,” jelasnya.
Meninggalkan Pola Lama
Menutup pernyataannya, Agus mengajak seluruh elemen masyarakat untuk siap menghadapi era baru pariwisata.
“Kalau kita ingin kelahiran baru dalam pariwisata, kita juga harus siap meninggalkan cara lama. Mari kita bangun pariwisata yang lebih manusiawi, ramah lingkungan, dan membawa manfaat bagi semua,” pungkasnya.
Pewarta: Ome