Dinas Pariwisata Sleman Siap Menyambut Wisatawan Saat Liburan Sekolah

Sleman – sadap99.id
Pemerintah Kabupaten Sleman melalui Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait tengah mempersiapkan diri menyambut musim liburan sekolah tahun 2025. Salah satunya, Dinas Pariwisata Kabupaten Sleman telah melakukan sejumlah langkah persiapan.
Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Dinas Pariwisata Sleman dalam konferensi pers di Pendopo Parasamya, Kabupaten Sleman, Rabu (4/6/2025).
Dalam keterangannya, Kepala Dinas Pariwisata Sleman, Ishadi Zayid, S.H., menyatakan bahwa pihaknya telah menyusun strategi untuk mengantisipasi lonjakan arus wisatawan ke Yogyakarta, khususnya destinasi wisata di Kabupaten Sleman.
Kenaikan Kunjungan Wisatawan
Berdasarkan data sementara hingga 31 Mei 2025, jumlah kunjungan ke destinasi wisata di Sleman mencapai 3.510.750 kunjungan, dengan 97,82% (3.434.215 kunjungan) didominasi wisatawan nusantara. Angka ini meningkat 8,92% dibandingkan periode yang sama tahun 2024 (3.223.229 kunjungan).
Destinasi favorit wisatawan masih diduduki oleh tiga lokasi: Kaliurang, Candi Prambanan, dan Ibarbo Park.
Pencapaian Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Hingga 27 Mei 2025, sektor pariwisata telah menyumbang PAD sebesar Rp157,527 miliar, atau mencapai 43,16% dari target PAD sektor pariwisata tahun 2025.
Persiapan Liburan Sekolah 2025
Menghadapi liburan sekolah yang berlangsung dari 23 Juni hingga 11 Juli 2025, Dinas Pariwisata Sleman akan melakukan pencatatan kunjungan wisata di seluruh destinasi wisata Kabupaten Sleman pada 21 Juni–13 Juli 2025.
“Kami memprediksi kunjungan wisatawan mencapai 300.000–450.000 kunjungan, dengan peningkatan length of stay, okupansi hotel, capaian retribusi pariwisata, serta belanja wisatawan,” ujar Ishadi.
Surat Edaran untuk Destinasi Wisata
Dinas Pariwisata akan mengeluarkan Surat Edaran tentang Penyelenggaraan Kegiatan Wisata yang Aman, Nyaman, dan Menyenangkan selama liburan sekolah. Beberapa poin penting dalam surat tersebut meliputi:
- Pelaksanaan SOP dan Standar Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) secara ketat di destinasi wisata.
- Perawatan fasilitas/wahana wisata secara berkala, terutama yang berisiko tinggi.
- Kerja sama dengan UMKM lokal untuk mendukung perekonomian daerah.
- Penerapan Cleanliness, Health, Safety & Environment Sustainability (CHSE) di destinasi wisata, desa wisata, dan usaha jasa pariwisata.
- Kesiapsiagaan terhadap perubahan cuaca.
Ishadi juga menekankan pentingnya koordinasi dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) untuk menjamin keselamatan wisatawan dan karyawan. Selain itu, pengelola destinasi diimbau untuk tidak menaikkan harga produk/layanan secara tidak wajar serta mengelola sampah dan limbah dengan baik.
“Kami akan melakukan monitoring dan evaluasi terhadap usaha jasa pariwisata untuk memastikan pelayanan yang maksimal bagi wisatawan,” pungkas Ishadi.
(Ome)