Beranda » Ritual Tradisi Budaya SANDHORELLANG Klungkung, Sukorambi Jember

Ritual Tradisi Budaya SANDHORELLANG Klungkung, Sukorambi Jember

PSX_20250627_203856
Bagikan Berita


JEMBER, SADAP99.ID

Masyarakat Desa Klungkung bersama Pemerintah Desa, tokoh masyarakat, dan Muspika Kecamatan Sukorambi, Jember, menggelar Ritual Tradisi Budaya “SANDHORELLANG” pada Jumat pagi, 27 Juni 2025.

Kegiatan ini berlangsung di sebuah makam kuno di Dusun Mojan, Desa Klungkung, sebagai wujud syukur kepada Allah SWT atas keselamatan, keamanan, keberkahan, dan keberhasilan yang diberikan kepada masyarakat setempat.

Camat Sukorambi Jember, Asrah Joyo Widono, S.Kep., SH., M.Si., menjelaskan bahwa ritual tahunan ini menggabungkan tarian sakral dan untaian doa dari Kaki Argopuro. Selain sebagai bentuk rasa syukur, ritual ini juga mendoakan para leluhur—terutama mereka yang pertama kali membuka lahan (dalam tradisi Jawa disebut orang punya bedahan wilayah).

*”Para penari Sandor berjumlah 21 orang, duduk melingkari *Buju’* (makam leluhur). Pemimpin pepujian membacakan mantra dan doa dalam Bahasa Madura tanpa iringan musik, sambil para penari berdiri bergandengan tangan mengungkapkan rasa syukur,”* ujar Asrah.

Ia menambahkan, “Ritual ini menjadi bukti kepedulian budaya Desa Klungkung, sehingga desa ini dinobatkan sebagai Desa Budaya oleh Kementerian Dikti, Riset, dan Kebudayaan RI.”

Keluarga leluhur pun, meski tinggal jauh di luar kota, tetap menyempatkan hadir dalam acara ini.

Hadir dalam acara:

  • Muspika Kecamatan Sukorambi (termasuk Danramil dan Kapolsek beserta jajarannya)
  • Perwakilan Perguruan Tinggi UNEJ Jember
  • Tokoh masyarakat dan warga setempat
  • Kepala Desa Klungkung beserta perangkat desa
  • Para pegiat budaya

Keunikan Tarian Sandurelang
Menurut Asrah, gerakan tarian ini terlihat sederhana namun memiliki ritme khas yang mengikuti alunan pepujian dan doa. Salah satu gerakan uniknya adalah ketika penari merapatkan tubuh ke dalam, lalu mengembangkannya keluar berulang kali.

Kepala Desa Klungkung, H. Abdul Gofur, saat ditemui Sadap99, menjelaskan bahwa nama Sandurelang berasal dari frasa “Sandur yang hilang” dalam mantra yang dibacakan penari. “Ritual ini telah menjadi salah satu wisata religi yang menarik wisatawan lokal maupun mancanegara setiap tahunnya,” ujarnya.

Tarian Sandurelang bukan sekadar pertunjukan, tetapi sarat makna spiritual yang menggambarkan hubungan manusia dengan Tuhan dan alam semesta.

Pewarta: Suyanto