Beranda » LUMO: Energi Memberi dalam Jiwa Perhotelan

LUMO: Energi Memberi dalam Jiwa Perhotelan

PSX_20250703_071236
Bagikan Berita

Yogyakarta — Sadap99.id
Sekretaris Jenderal DPD PUTRI DIY, Agus Budi Rachmanto, S.IP., M.Si., mengungkapkan filosofi mendalam di balik kehadiran Loman Park Hotel. Hotel ini tidak hanya menawarkan layanan perhotelan, tetapi juga menghadirkan energi spiritual melalui konsep Lumo, yang berarti “suka memberi”. Konsep ini menjadi jiwa yang menggerakkan Hotel Loman.

“Di balik bangunan fisik Hotel Loman, tersembunyi sebuah energi batin yang hidup. Lumo bukan sekadar nama, melainkan filosofi yang menjiwai setiap ruang, aroma, dan sapaan di hotel ini,” ujar Agus pada Rabu (2/6/2025) di Loman Park Hotel, Yogyakarta.

Lebih dari Sekadar Branding

Berasal dari akar kata Lumo yang bermakna memberi dengan tulus, Loman Park Hotel menjadikan semangat ini sebagai identitas dan jiwa layanannya. Di era pemasaran yang kerap mengandalkan manipulasi emosi, Lumo hadir sebagai antitesis—bukan untuk menarik pelanggan sebanyak-banyaknya, tetapi untuk melimpahkan kebaikan.

Energi memberi ini tidak diwujudkan melalui diskon atau promosi instan, melainkan melalui keramahan yang otentik, perhatian pada detail, serta kehadiran penuh setiap staf yang menyambut tamu layaknya keluarga.
“Memberi bukanlah tindakan transaksional, tetapi wujud tertinggi dari kesadaran akan keberlimpahan,” tegas Agus.

Pilar Filosofis Hotel Loman

  1. Identitas Merek dan Energi Arketipal
    Dalam teori branding modern (Aaker, Kapferer), identitas merek bukan hanya visual, tetapi juga struktur energi. Hotel Loman memposisikan diri dalam arketipe The Giver—penyedia yang hadir untuk melayani, bukan mengambil.
    “Brand yang memberi adalah brand yang hidup dalam kesadaran kelimpahan, bukan kelangkaan.”
  2. Spiritualitas dalam Pelayanan
    Lumo diwujudkan melalui layanan penuh kasih, empati, dan kepekaan emosional, selaras dengan prinsip servant leadership yang menjadikan pelayanan sebagai jalan spiritual.
  3. Karakter sebagai Diferensiasi Strategis
    Di industri perhotelan yang kompetitif, Loman membedakan diri melalui nilai dan hubungan, bukan harga. Budaya memberi menjadi DNA perusahaan, mulai dari rekrutmen hingga interaksi dengan tamu.
    *”Dalam *marketing* berkesadaran, karakter adalah ekuitas merek yang paling tahan lama.”*
  4. Energi Ruang dan Psikogeografi
    Lumo tercermin dalam desain ruang yang memerhatikan resonansi batin: pencahayaan alami, suara alam, aroma lokal, dan elemen budaya. Hotel ini menjadi healing space, bukan sekadar akomodasi.
  5. Branding sebagai Ekspresi Budaya Lokal
    Lumo tidak hanya memberi secara emosional, tetapi juga mendukung komunitas melalui produk lokal, seni, dan tradisi. Branding-nya menjadi ekspresi budaya yang berkelanjutan.

Memberi sebagai Jalan Pulang

Hotel Loman bukan sekadar tempat bermalam, melainkan ruang untuk mengalami. Lumo adalah pernyataan nilai, undangan batin, dan komitmen untuk terus melayani dengan cinta yang nyata.
“Di tengah dunia yang serba meminta, Lumo mengingatkan kita bahwa memberi adalah jalan pulang bagi kemanusiaan,” pungkas Agus.

(Ome)