Dosen Biologi di Madiun Sulap Limbah Dapur Menjadi Pupuk Organik Cair

MADIUN – SADAP99.ID
Limbah dapur yang selama ini sering dibuang begitu saja ternyata dapat diolah menjadi sesuatu yang bermanfaat. Joko Widiyanto, seorang dosen Pendidikan Biologi di salah satu universitas di Kota Madiun, berhasil mengubah limbah dapur menjadi pupuk organik cair (POC) yang ramah lingkungan.
Bermula dari kediamannya di Perumahan Bumi Winongo Indah, Kecamatan Manguharjo, pria yang juga menjabat sebagai Ketua RT ini telah memproduksi POC sejak 2020. Awalnya, ia membuat pupuk tersebut hanya untuk keperluan pribadi dan lingkungan sekitar. Namun, dalam dua bulan terakhir, ia mulai memasarkan produknya secara luas dengan kemasan menarik dan merek Mahesagro – Sembuh Bersama Alam.
Proses pembuatan pupuk ini tergolong sederhana tetapi memerlukan ketelitian. Limbah dapur seperti sisa sayur, kulit buah, dan bahan organik lainnya dipotong kecil-kecil lalu dimasukkan ke dalam galon berisi 15 liter air. Campuran tersebut kemudian ditambahkan 150 ml EM4 (Effective Microorganism 4) dan 150 ml molase sebagai nutrisi bagi mikroba. Setelah diaduk rata, campuran difermentasi setidaknya selama satu bulan.
Selama masa fermentasi, galon harus dibuka setiap hari untuk melepaskan gas hasil fermentasi. Namun, untuk mencegah risiko ledakan akibat penumpukan gas, Joko Widiyanto berinovasi dengan menggunakan selang kecil yang disambungkan ke botol berisi air. Dengan cara ini, gas dapat keluar tanpa perlu membuka galon setiap hari.
Hasil fermentasi inilah yang menjadi POC siap pakai, bebas dari bahan kimia berbahaya. Pupuk ini cocok digunakan untuk berbagai jenis tanaman, mulai dari tanaman hias, sayuran, hingga buah-buahan.
Saat ini, Mahesagro dipasarkan dalam dua ukuran: botol kecil seharga Rp10.000 dan botol besar Rp15.000. Meski penjualannya masih terbatas di sekitar lingkungan tempat tinggalnya, respons masyarakat cukup positif—terutama dari pecinta tanaman dan pegiat pertanian organik.
Melalui inovasinya, Joko Widiyanto tidak hanya mengajak masyarakat untuk mengelola limbah rumah tangga secara bijak, tetapi juga membuktikan bahwa kepedulian terhadap lingkungan bisa dimulai dari rumah sendiri—bahkan dari sisa dapur yang selama ini dianggap sepele. (Edy)