Beranda » Talkshow Kesehatan:”Penanganan Kegawatdaruratan & Optimalisasi Motorik Anak Cerebral Palsy di Rumah”

Talkshow Kesehatan:”Penanganan Kegawatdaruratan & Optimalisasi Motorik Anak Cerebral Palsy di Rumah”

PSX_20250704_182510
Bagikan Berita

Yogyakarta, Sadap99.Id
Rumah Sakit Akademik (RSA) UGM Yogyakarta menyelenggarakan Talkshow Kesehatan bertajuk “Penanganan Kegawatdaruratan dan Optimalisasi Motorik Anak Cerebral Palsy di Rumah”. Acara berlangsung di Auditorium RSA UGM Lantai 5 pada Kamis, 3 Juli 2025.

Pembukaan Kegiatan

Kegiatan ini dibuka oleh:

  • dr. Ade Febrina Lestari, M.Sc., Sp.A(K) – Direktur Pelayanan Medis & Ketua Pengabdian Masyarakat
  • DR. dr. Fitri Hartanto, Sp.A(K) – Ketua UKK Tumbuh Kembang dan Pediatri Sosial

Narasumber dan Materi

  1. Prof. dr. Mei Neni Sitaresmi, Ph.D, Sp.A(K)
    Sekilas Peran FKKMK UGM dalam Penanganan Anak Cerebral Palsy
  2. dr. Kristy Iskandar, M.Sc, Ph.D, Sp.A Subsp. Neuro(K)
    Tatalaksana Kejang pada Anak Cerebral Palsy
  3. dr. Muhammad Tsani Arsyad, M.Med.Sc., Sp.A
    Penanganan Tersedak pada Anak Cerebral Palsy
  4. dr. Andriani Adilla Kusuma Wardhani, Sp.K.F.R, AIFO-K
    Gangguan Motorik Anak Cerebral Palsy
  5. Muhammad Nabhan Husein, S.Psi., M.Psi
    Pendampingan Psikologis untuk Orang Tua Anak Cerebral Palsy
  6. Sesi Praktik
    Hands on BHD & Fungsi Motorik Anak

Moderator: dr. Bayu Pratama Putra, Ph.D

Pentingnya Edukasi dan Dukungan untuk Keluarga Cerebral Palsy

Direktur Pelayanan Medis sekaligus Ketua Pengabdian Masyarakat, dr. Ade Febrina Lestari, M.Sc., menjelaskan bahwa kegiatan ini merupakan hasil kolaborasi RSA UGM dengan Fakultas Kedokteran UGM sebagai bagian dari program pengabdian masyarakat. Acara melibatkan komunitas Keluarga Cerebral Palsy DIY yang beranggotakan sekitar 300 orang.

Cerebral Palsy (CP) adalah kondisi neurologis yang memengaruhi tonus otot, gerakan, dan koordinasi akibat kerusakan otak selama perkembangan janin atau cacat perkembangan. Penyebabnya beragam, mulai dari kelainan genetik, infeksi, hingga gangguan perkembangan otak. Di Indonesia, prevalensi CP mencapai 1 dari 1.000 kelahiran, dengan jumlah pasien di DIY sekitar 300 orang.

Harapan dan Rencana Ke Depan

“Kegiatan seperti ini perlu terus dilakukan untuk memberikan edukasi kepada keluarga dengan anak berkebutuhan khusus, sehingga mereka mampu meningkatkan kualitas hidup. Kelompok pendukung (support group) sangat penting agar keluarga tidak merasa sendirian,” ujar dr. Ade.

Rencananya, pada Agustus 2025, RSA UGM akan mengadakan pertemuan nasional dengan mengundang seluruh komunitas Cerebral Palsy di Indonesia untuk berbagi pengetahuan dan strategi penanganan CP.

“Kami berharap semua pemangku kepentingan di Indonesia dapat memberikan perhatian lebih, termasuk dengan mendirikan Cerebral Palsy Center,” pungkasnya.

(Ome)