Beranda » Lurah Tritoadi Terus Berinovasi untuk Kesejahteraan Warganya

Lurah Tritoadi Terus Berinovasi untuk Kesejahteraan Warganya

Bagikan Berita

SLEMAN, SADAP99.ID
Lurah Tritoadi Kapanewon Mlati Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta terus berinovasi menjawab kesulitan untuk mensejahterakan warganya dengan budidaya maggot, hal ini mendapat perhatian dari Pemda Kabupatan Kutai Timur dengan melakukan Studi Banding.

Rombongan Studi Banding Pemkab Kutai Timur dipimpin langsung oleh Wakil Bupati , Dr.H.Kasmidi Bulang, S.T.,M.M, didampingi Ketua DPRD Kutai Timur, Joni, S.Sos, dan rombongan sebanyak 2 bus.

Rombongan dari Kutai Timur tersebut hadir untuk melihat secara langsung proses budidaya maggot milik bpk.Mardiharto, Lurah Tirtoadi, Mlati-Sleman, Rabu (22/5/2024).

Dalam kesempatan tersebut Lurah Tirtoadi, Mardiharto menjelaskan proses budidaya Maggot (belatung atau benga-larva dari lalat buah jenis black soldier fly /BSF) larva lalat hitam yang ditemukan pada bangkai buah, sayur yang sudah rusak (lalat ini termasuk lalat yang bersih karena tidak memakan sisa makanan manusia), maggot berperan sebagai pengurai alami dalam mengurai material organik yang sudah mati.

Proses penggurai 1 kg maggot bisa mengkonsumsi 3 kg sampah organik, 1 induk BSF bisa menfhasilkan 500-900 butir telur , 1gram BSF menghasilkan 3-4 kg maggot.

Maggot dapat dipakai sebagai pakan ayam broiler, ayam petelur, mentok dan lele dan ini bisa menghemat 30% pakan unggas dan ikan, kami sedang mengembangkan untuk menjadi pupuk cair.

Lebih lanjut Mardihato menguraikan, siklus hidup larva/maggot BSF setelah bertelur kita budidayakan selama 7 hari menjadi maggot , kemudian menjadi pra pupa dalam 2 minggu , terus akan menjadi lalat, kemudian setelahnya kembali bertelur, siklus ini terus bermetamorfosis/berubah menjadi pupa dan lalat dewasa.

Dalam usaha budidaya maggot ini kami terus bekerjasama dengan laboratorium kimia organik UGM. Nilai ekonomi maggot kami jual dengan harga Rp.3000/gram.

Budidaya maggot yang kami kelola seluas 6.500 m2, berlokasi di Dusun Ketingan , Tirtoadi, Mlati – Sleman. Usaha ini dikelola sebelum covid-19, sampai sekarang, dan sempat terhenti karena pandemi covid-19, tapi sekarang sudah beroperasi lagi. Untuk material organik diperoleh dari rumah-makan atau restoran di wilyah Kapanewon Mlati dan sekitarnya,tutur Mardiharto.

Sementara itu, Wakil Bupati Kutai Timur, Dr.H.Kasmidi Bulang,S.T.,M.M, menuturkan, kami belum pernah tahu termasuk saya juga belum tahu tentang maggot ini, dan kami senang mendapat pelajaran dari kunjungan kami hari ini ke tempat budi daya maggot, karena hal ini berkaitan dengan lingkungan, bagaimana limbah-limbah itu di urai oleh maggot, yang kemudiaan bisa menjadi pakan ternak dan pupuk,dll.

Di Kutai Timur sudah ada, tapi proses mengurai sampah ini yang kami masih kurang, karena di Kutai Timur hal ini untuk pakan ternak babi juga ternyata diambil dari situ, ujarnya.

Kami akan upayakan agar budidaya maggot ini dapat dikembangkan dan bila ada petani yang mau budidaya maggot ini akan kami supporting. tutur Wakil Bupati Kutai Timur.

(Ome)