Ide Kreatif SMA Negeri Mumbulsari Jember

JEMBER, SADAP.99 ID
Meskipun terletak di pinggiran, SMA Negeri Mumbulsari Jember membuktikan bahwa kualitas pendidikan tidak kalah dengan sekolah-sekolah di kota. Sekolah ini dikenal dengan prinsipnya yang penuh kreativitas, inovasi, serta selalu menjunjung tinggi kearifan budaya lokal.
Salah satu buktinya terlihat saat memasuki bulan suci Ramadan 1446 Hijriyah tahun 2025 ini. SMA Negeri Mumbulsari Jember menggelar berbagai kegiatan bakti sosial. Selain memiliki agenda tahunan bagi-bagi takjil kepada masyarakat yang melintas di depan sekolah, momen Ramadan kali ini juga dimanfaatkan untuk meringankan beban masyarakat setempat.
Hal ini terutama dirasakan saat harga sembako dan baju menjelang hari raya melonjak tinggi, yang berdampak signifikan bagi masyarakat kurang mampu.
Berkat ide kreatif dari kepala sekolah, dewan guru, dan para siswa, SMA Negeri Mumbulsari Jember menyelenggarakan penjualan sembako murah dan baju bekas layak pakai. Kegiatan ini dilakukan pada sore hari bersamaan dengan pembagian takjil di depan sekolah, sehingga masyarakat dapat terbantu dengan mudah.
Baju layak pakai yang terkumpul dari sumbangan guru dan siswa dijual kepada masyarakat setempat. Hasil penjualan sembako murah dan baju bekas tersebut kemudian dialokasikan untuk membantu siswa yatim, yatim piatu, serta siswa kurang mampu melalui pemberian beasiswa.
Kepala SMA Negeri Mumbulsari Jember, Erni Sulistiana, S.Pd., M.Pd., saat ditemui SADAP 99 ID pada Senin (17/03/25) pagi, menjelaskan, “Kegiatan sembako murah dan penjualan baju layak pakai untuk masyarakat setempat ini sudah berjalan selama tiga tahun. Hasilnya cukup lumayan dan mampu membantu memberikan beasiswa kepada siswa kurang mampu,” ungkap Erni.
Erni menambahkan, “Ide ini mendapat respons positif dari masyarakat setempat. Bahkan, lebih dari 100 paket sembako yang dijual di depan sekolah habis terjual.”
Untuk memenuhi kebutuhan sembako selama bulan Ramadan hingga persiapan Hari Raya, pihak sekolah membeli barang sembako dari toko grosir. Sebagian dana pembelian tersebut disubsidi dari hasil penjualan baju bekas.
Sembako tersebut kemudian dijual kembali kepada masyarakat dengan harga yang lebih murah dibandingkan harga pasar.
Pewarta: Suyanto